Oleh Ramlan Nugraha
Peserta Pra Muktamar KAMMI VI
Sekretaris Umum KAMMI Daerah Bandung
Pra Muktamar KAMMI yang dilaksanakan di Jakarta, 20-21 Agustus 2008 kemarin akhirnya menyepakati adanya perubahan haluan organisasi yang termaktub dalam visi kebangsaan KAMMI. Pada periode 2006-2008 visi kebangsaan KAMMI menekankan pada wilayah perbaikan dan pengawalan good governance (pemerintahan yang baik) dengan indikator seperti tumbuhnya tradisi dan koridor demokrasi, akuntabilitas, transparansi kebijakan, partisipasi publik dan pengawalan dominasi politik.
Penekanan ini memberikan turunan kepada masing-masing daerah agar mempunyai dan memantapkan visi kedaerahannya masing-masing. Stressing point pada pengawalan good governance akan berbeda di setiap daerah tergantung dari masalah sentral daerah tersebut.
Haluan organisasi kedepan adalah membumikan nilai dan prinsip Islam secara obyektif dalam beragam ruang publik pada seluruh aspeknya. Hal ini mengindikasikan bahwa tugas kita bukan hanya sekedar mencari atau mengarahkan segenap sumber daya dan potensi politik lainnya untuk mendukung prinsip Islam tetapi sudah dalam tataran bagaimana membumikan prinsip Islam. Dalam wilayah teknis misalnya, pengawalan terhadap good governance tetap dilakukan tetapi dengan penajaman pada tawaran perubahan yang diusung KAMMI.
Secara umum, penjelasan garis besar dari perubahan tersebut adalah :
1. Indonesia yang membumikan nilai dan prinsip Islam secara obyektif dalam beragam ruang publik pada seluruh aspeknya.
Garis besar :
- Meyakini dan memahami bahwa perkembangan dakwah Islam di Indonesia semakin hari mengalami kemajuan maka komitmen untuk menerapkan prinsip Islam harus menjadi perhatian utama segenap kaum muslimin. Indonesia yang mempunyai penduduk muslim terbesar adalah harapan bagi seluruh kaum muslimin di segenap penjuru dunia.
- Indonesia harus menjadi pelopor dalam penerapan prinsip Islam dalam setiap aspek kehidupan berbangsa dan bernegara.
- Melakukan optimalisasi kerjasama dengan berbagai elemen bangsa dan negara yang mendukung nilai dan prinsip Islam diterapkan di bumi Indonesia.
2. Indonesia yang demokratis ditandai dengan tumbuhnya tradisi demokrasi, koridor demokrasi, akuntabilitas, transparansi kebijakan, partisipasi publik, dan dominasi politik yang mendukung perbaikan dan membumikan nilai-nilai Islam.
Garis besar :
- Peran setiap pejabat pemerintah adalah sebagai pemimpin dan pelayan masyarakat. Kedua peran tersebut harus dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan penuh tanggung jawab. Penyimpangan atas hal tersebut dapat menjadikan roda pemerintahan berjalan tidak baik dan mengabaikan kepentingan masyarakat.
- Terciptanya good governance (pemerintahan yang baik) menjadikan masyarakat sebagai orientasi pelayanan dan pengambil keputusan.
- Semua elemen bangsa dan negara harus tetap aktif melakukan proses kontroling terhadap kinerja pemerintah. Hal ini diharapkan sebagai pemacu pemerintah untuk bisa melaksanakan tugasnya dengan baik.
- Kerjasama dan dukungan harus diberikan kepada setiap elemen bangsa dan negara termasuk pemerintah yang mempunyai i’tikad kuat dalam mendukung dan membumikan nilai-nilai Islam dalam setiap ruang publik.
Salain itu, hal yang juga harus menjadi titik perhatian kita adalah evaluasi nasional atas target visi kebangsaan sebelumnya harus menjadi wilayah tersendiri yang mesti kita lakukan. Perubahan atas visi kebangsaan juga mutlak dilakukan sebagai repositioning gerakan dalam membaca zaman. Tetapi dengan sendirinya ketika bacaan organisasi seperti evaluasi visi kedaerahan masing-masing KAMMI Daerah tidak dilakukan atau mungkin sama sekali tidak diketahui maka perubahan visi kebangsaan ini akan berjalan pincang. Bagi daerah yang siap secara infrastruktur dan kematangan strategi gerakan,maka hal ini mungkin tidak terlalu masalah, tetapi berbeda sebaliknya pada daerah yang belum matang secara infrastruktur maupun strategi gerakan maka hal ini membutuhkan proses yang agak lama.
Perubahan visi kebangsaan hasil Pra Muktamar sebenarnya tidak terlepas dari pergantian mihwar (tahapan) yang dilakukan berdasarkan prinsip gerakan KAMMI, yaitu dari Perbaikan adalah tradisi perjuangan KAMMI menjadi Kepemimpinan umat adalah strategi perjuangan KAMMI.
Prinsip Gerakan KAMMI :
a. Kemenangan Islam adalah jiwa perjuangan KAMMI
b. Kebathilan adalah musuh abadi KAMMI
c. Solusi Islam adalah tawaran perjuangan KAMMI
d. Perbaikan adalah tradisi perjuangan KAMMI
e. Kepemimpinan umat adalah strategi perjuangan KAMMI
f. Persaudaraan adalah watak muamalah KAMMI
Sepuluh tahun usia KAMMI setidaknya telah memberikan dasar-dasar pemahaman gerakan bahwa KAMMI lahir sebagai entitas yang mengorientasikan perjuangannya pada proses perbaikan. Semua aktifitas yang dilakukan berlandaskan pada proses perbaikan. Semangat ini tidak hanya menjadi slogan semata tetapi telah menjadi tradisi pada diri semua anggota maupun gerakan dan masyarakat Indonesia pun secara umum sudah mengetahui hal ini.
Gerakan Mahasiswa yang Dinamis
Menyadari bahwa militansi dan intelektualitas masih menjadi modal gerakan, maka proses perbaikan harus dilakukan setiap waktu. Perubahan visi kebangsaan KAMMI akan mengarahkan organisasi ini pada dua wilayah, yaitu proses pendewasaan gerakan dan kemantapan dalam memimpin perubahan. Peningkatan lingkup tujuan yang asalnya hanya dalam tataran mewujudkan masyarakat Islami menjadi bangsa dan negara yang Islami, juga jelas mempunyai implikasi tersendiri bagi gerakan dan semua kader pada khususnya.
1. Pendewasaan dalam gerakan
Perubahan visi kebangsaan KAMMI bukan senantiasa melihat kondisi kedepan bahwa Indonesia akan mengalami momentum besar seperti Pemilu dan sebagainya, bukan itu. Pemilu 2009 hanyalah sebagian kecil tahapan yang harus dilakukan oleh gerakan dalam proses pendewasaannya. Pendewasaan yang dimaksud adalah sebuah proses pembelajaran terus menerus yang dilakukan oleh KAMMI dalam capaian menuju progresivitas gerakan. Landasan pandangan progresivisme adalah :
“Mengapa kamu tidak mempercayai kebesaran Allah, padahal Dia menjadikan kamu melalui proses setingkat demi setingkat. (QS. Nuh : 13-14)
Progresivisme dalam Islam diartikan bahwa sebuah proses yang dilakukan dengan meyakini adanya nilai-nilai Ilahiyah yang membimbing segala potensi perubahan tersebut. Progresivisme ini sangat berbeda dengan konsep Pendidikan Sepanjang Hayat (PSH) atau “Education is the process without end” ala John Dewey. Konsep PSH yang dijadikan rujukan utama Departemen Pendidikan Nasional sampai sekarang ini bersifat pragmatis, atau dalam bahasa Prof. H. Muzayyin Arifin, konsep ini menafikan/menghilangkan nilai-nilai absolut, bahkan lebih bercorak sekularistik dalam nilai-nilai, sehingga nilai-nilai kultural relativisme menjadi dasar pegangan dalam proses kependidikan.
Dalam Surat Al-An’am 74-79, proses pencarian Tuhan yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim As. menjadi sebuah contoh sebuah progresivitas dilakukan.
(74). Dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya Azar “Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan ? Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata.”
(75). Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan (Kami yang terdapat) di langit dan di bumi, dan (Kami memperlihatkannya) agar Ibrahim itu termasuk orang-orang yang yakin.
(76). Ketika malam telah menjadi gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata : “Inilah Tuhanku”. Tetapi tatkala matahari itu terbenam dia berkata : “Saya tidak suka kepada yang tenggelam”.
(77). Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata : “Inilah Tuhanku”. Tetapi setelah bulan itu terbenam dia berkata : “Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat.”
(78). Kemudian tatkala dia melihat matahari terbit, dia berkata : “Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar”, maka tatkala matahari itu terbenam, dia berkata : “Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.
(79). Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.”
Dalam tataran organisasi, progresivitas dalam diri KAMMI mutlak dilakukan. Tetapi sekali lagi, perubahan dan implikasi turunannya harus tetap berpegang teguh kepada nilai-nilai Ilahiyah bukan berdasarkan aspek politis atau kekuasaan semata. KAMMI harus menjaga prinsip ini, kalau tidak, bersiap saja dicap sebagai gerakan pragmatis. Na’udzubillah.
2. Kemantapan dalam memimpin perubahan
Beberapa pelajaran yang bisa kita ambil dari seorang pemimpin adalah kemantapannya dalam memimpin perubahan. Mari ambil pelajaran dari apa yang dilakukan oleh Sheikh Mohammed bin Rashid al Maktoum, Presiden Uni Emirat Arab (UEA) yang berhasil mengubah padang pasir menjadi pusat ekonomi dunia.
Dalam bukunya RE-CODE, Rhenald Kasali mengatakan bahwa “Hampir semua negara punya perencanaan, tetapi tak semua negara menghasilkan kesejahteraan. Sheikh Mohammed menyadari pentingnya rencana, tetapi bukan sekedar rencana. Baginya setiap rencana harus mengandung tiga hal, yaitu Filosofi, Prioritas, dan Disiplin.”
Mari kita simak apa yang dikatakan oleh Sheikh Mohammed :
“Saya tidak tahu apakah saya dapat disebut sebagai pemimpin yang baik, tetapi saya adalah seorang pemimpin. Dan saya mempunyai visi. Maka saya sudah membayangkan 20 tahun, 30 tahun ke depan. Saya belajar dari ayah saya, Sheikh Rashid. Dialah pemimpin, bapak bagi rakyat Dubai. Saya mengikuti langkah-langkah yang diteladani alamarhum. Dia selalu bangun pagi-pagi, dan berjalan seorang diri mengontrol proyek-proyek penting. Saya melakukan hal yang sama. Saya turun ke bawah, melihat sendiri. Melihat wajah-wajah, menggerakkan mereka. Saya mengambil keputusan tanpa keragu-raguan dan bergerak cepat. Dengan penuh energi.”
Pesan yang disampaikan begitu jelas, seorang pemimpin perubahan harus mempunyai visi ke depan. Visi yang tidak hanya untuk dirinya tetapi menjadi spirit dan penggerak bagi setiap orang yang mendengarnya.
KAMMI hari ini harus berbeda dengan waktu-waktu sebelumnya. Proses perbaikan harus terus-menerus dilakukan. Capaian organisasi pun harus terevaluasi dengan baik. Capaian-capaian tersebut bukan hanya untuk kemajuan bagi KAMMI tetapi kemajuan dakwah secara menyeluruh.
“Kita bekerja membuat sejarah. Sejarah yang berubah dari masa ke masa. Kita bekerja menciptakan sesuatu yang baru. Dan bila upaya itu selesai, kita sudah harus siap dengan hal baru lainnya. Langkah kita adalah bergerak ke depan, bukan menunggu masa depan menghampiri kita.” (Sheikh Mohammed)
Wallahu’alam bishshawab.
Referensi :
Arifin, Muzayyin. Prof. 2003. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta : PT Bumi Aksara.
Kasali, Rhenald. Ph.D. 2007. RE-CODE (YOUR CHANGE DNA : Membebaskan Belengu-belengu untuk Meraih Keberanian dan Keberhasilan dalam Pembaharuan). Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Tirtarahardja, Umar. Prof. 2000. Pengantar Pendidikan. Jakarta : PT Rineka Cipta.