Pesta Demokrasi Indonesia

Pesta Demokrasi Indonesia
Pilih Pemimpin Yang Jujur, Adil, Bersih, dan Amanah

Sabtu, 27 September 2008

Konflik Kaukus Berkembang Menjadi Perseteruan Poros Kekuatan Utama Dunia


Konflik Kauskus yang dipicu oleh agresi seranga Georgia terhadap Ossetia Selatan telah berkembang menjadi perseteruan yang melibatkan poros-poros kekuatan utama dunia meliputi Rusia, Uni Eropa dan NATO yang dikomandoi AS.

Langkah Rusia yang mengakui kemerdekaan Ossetian Selatan dan Abkhazia ditentang keras oleh Eropa dan AS yang menganggap kedua negara kecil itu masih menjadi bagian dari wilayah Georgia. Langkah Rusia itu juga telah menyulut ketegangan baru antara Rusia dan NATO, yang mengingatkan kembali dimulainya perang dingin antara AS dan Uni Sovyet pada tahun 80-an.

AS marah besar terhadap langkah Rusia itu. Presiden AS George W. Bush mengancam akan membawa masalah Ossetia Selatan dan Abkhazia ke sidang Dewan Keamanan (DK) PBB. Menurut Presiden Bush, berdasarkan Resolusi DK PBB, Ossetia Selatan dan Abkhazia adalah wilayah di bawah territorial Georgia dan menjadi bagian dari negara itu yang diakui dunia internasional.

“Langkah Rusia itu tidak akan berpengaruh sedikit pun di lapangan namun hanya akan mempersulit proses penyelesaian melalui negosiasi dan memperkeruh keadaan,” ungkap Bush dalam pernyataanya di Washington pada Selasa (26/8).

Sementara, Uni Eropa, Inggris, Perancis, Jerman dan Swedia menyatakan langkah Rusia itu menyalahi legalitas internasional, sementara Inggris menyerukan dibentuk Koalisi Eropa untuk menghadapi apa yang disebutnya “agresi Rusia”.

Georgia Meminta Pertolongan

Memanfaatkan situasi ketegangan di Kauskus, Georgia tampak memanfaatkannya untuk mendesak Eropa dan NATO untuk segera menerima keanggotaan Georgia di NATO maupun Uni eropa. Presiden Georgia Mikhail Sakasvili dalam sebuah pernyataannya di Tbilis pada Selasa (26/8) meminta negara-negara Uni Eropa dan NATO segera memasukan Georgia ke dalam keanggotaan NATO maupun Uni Eropa sebagai langkah untuk mencegah perluasan wilayah Rusia setelah negara itu mengakui kemerdekaan Ossetia Selatan dan Abkhazia.

“Bukan untuk menolong Georgia saja, tapi untuk menyelamatkan demokrasi dan iklim kebebasan” tegas Presiden Georgia Mikhail Savaaliski. Menurutnya, langkah Moskow itu bertujuan untuk mengubah batas wilayah Uni Eropa dan memperluas pengaruh Rusia di kawasan Asia Tengah.

Rusia Balik Menuduh AS Persenjatai Militer Georgia

Merespon tuduhan AS itu, Presiden Rusia, Demitry Medvedev menuduh AS telah mempersenjatai Georgia melalui pengiriman kapal perang dengan kedok bantuan kemanusiaan dan obat-obatan. Tiga kapal perang AS dijadwalkan akan tiba di pelabuhan Touty Geogia pada Rabu (27/8), dan kapal perang AS lainnya juga dijadwalkan akan tiba di Georgia dalam beberapa hari kedepan.

Presiden Rusia menganggap kedatangan kapal-kapal perang AS itu tidak produktif untuk meredakan ketegangan dan suasana konflik, tapi justru sebaliknya akan memperkeruh suasana. Rusia juga memutuskan untuk membekukan hubungannya dengan NATO dan menolak bekerjasama dengan pakta pertahanan yang menaungi Eropa dan AS itu.

Dalam perkembangan lainnya, Dephan AS mengatakan pasukan Rusia belum ditarik dari seluruh wilayah Georgia sesuai kesepakatan gencatan senjata, meski sebagian besar pasukan telah ditarik mundur. Sementara itu, Rusia beralasan, keberadaan pasukan Rusia di beberapa wilayah di Georgia masih diperlukan untuk menjamin negara itu tidak melakukan agresi terhadap Ossetia Selatan. Pemerintah Rusia masih menunggu mekanisme pengamanan internasional yang mampu menjamin keamanan Ossetia Selatan dan Abkhazia. [syarif/alj/www.suara-islam.com]

Tidak ada komentar:

Tsaqofah Kader

Mari kita simak apa yang dikatakan oleh Sheikh Mohammed :
“Saya tidak tahu apakah saya dapat disebut sebagai pemimpin yang baik, tetapi saya adalah seorang pemimpin. Dan saya mempunyai visi. Maka saya sudah membayangkan 20 tahun, 30 tahun ke depan. Saya belajar dari ayah saya, Sheikh Rashid. Dialah pemimpin, bapak bagi rakyat Dubai. Saya mengikuti langkah-langkah yang diteladani alamarhum. Dia selalu bangun pagi-pagi, dan berjalan seorang diri mengontrol proyek-proyek penting. Saya melakukan hal yang sama. Saya turun ke bawah, melihat sendiri. Melihat wajah-wajah, menggerakkan mereka. Saya mengambil keputusan tanpa keragu-raguan dan bergerak cepat. Dengan penuh energi.”